Sunday, February 6, 2011

kadang jatuh cinta, cukup diam-diam

Post ini terinspirasi dari Bab I Marmut Merah Jambu-nya Raditya Dika, "Orang Yang Jatuh Cinta Diam-diam" yang baru aja gue baca belakangan ini. Jujur, gue ga ngikutin buku-bukunya dia. Tapi, gue follow akun twitternya (@radityadika) dan gue pernah beberapa kali baca blognya dan menurut gue dia sangat jenius. Dia berani dan mau terlihat bodoh dan mempermalukan diri sendiri dalam tulisan-tulisannya. For me, it takes a genius to make someone who is actually smart looks stupid and ridiculous. Dan tulisan-tulisannya dia sendiri sangat lucu dan kreatif. Okay, I think it's obvious that I admire this guy. But, I don't wanna talk about him in this post. Instead, I wanna beg to differ his implied idea on secretly falling in love with someone as he wrote on the first chapter of his latest book.

Dari kecil, gue sudah mencuci otak gue sendiri dengan kisah-kisah romantis lewat film, novel, komik dan lagu yang gue tonton, baca dan dengar. Dan ada dua kesimpulan atau pelajaran atau nilai kehidupan atau apa yang gue suka sebut dengan love-life lesson yang gue dapet setelah penelitian pribadi selama bertahun-tahun itu. 

Love-life lesson #1, kita (khususnya perempuan) harus berani menyatakan perasaan kita dan memperjuangkan apa yang menurut hati kita benar. Di satu sisi, gue senang dengan pemikiran seperti ini karena ada sedikit nuansa feminisme di dalamnya. Tahu kan, stereotipe yang tertanam kuat di masyarakat adalah cowok adalah the do-er dalam suatu hubungan. They make the first move, and women must do nothing but wait. Tapi di beberapa film romantis yang gue tonton, ada "ide menyenangkan" tentang bagaimana cewek sah-sah aja untuk bersikap lebih agresif. Misalnya di film Notting Hill, Angus, Thongs and Perfect Snogging atau He's Just Not That Into You di mana para cewek pemeran utama dalam film-film itu berani bikin first move ke cowok yang dia taksir. Tapi, di sisi lain, menurut gue chick flick juga membawa pesan terselubung yang sayangnya mengukuhkan sistem patriarki yang sangat merugikan kaum perempuan tentunya, yaitu: cewek 'harus' menganggap cewek lain sebagai saingannya, entah itu dalam percintaan, pekerjaan, fashion style dll. Misalnya ya, tokoh Rachel di serial Glee yang menganggap Quinn sebagai saingannya dalam mendapatkan Finn. Secara umum, sebenarnya gue setuju aja sama love-life lesson #1 ini. Tapi, gue ngeliatnya lebih ke lingkup yang lebih luas, bukan soal perasaan cinta aja. Menurut gue, kita (perempuan) memang harus lebih berani mengekspresikan pendapat kita dalam tiap aspek kehidupan.

Love-life lesson #2 yang gue dapat adalah nyatakan perasaan kita sebelum terlambat. Adegan seorang cewek/cowok menyatakan perasaannya sebelum orang yang dia taksir pergi ke luar negeri atau menikah dengan orang lain adalah adegan klasik dalam film romantis. Dan ini adalah pesan tersirat yang gue dapat dari bab "Orang Yang Jatuh Cinta Diam-diam." Intinya, dari yang gue baca, Raditya Dika menyesali kenyataan bahwa dia dulu ga berani menyatakan perasaannya ke cewek yang dia taksir waktu SMP. Biasanya, gue bakal jadi galau sendiri sehabis baca bacaan kaya gini. Tapi sekarang engga lagi. Gue bahkan berpendapat berbeda dengan Raditya. Kadang, menurut gue, jatuh cinta memang cuma perlu diam-diam.

Sebentar, sebelum ngebahas lebih jauh, gue mau memberikan definisi 'cinta' menurut gue. Cinta di sini maksud gue adalah perasaan suka, perasaan pengen dekat dan memiliki orang yang kita suka. Yah walau sebenernya 'suka' dan 'pengen memiliki' adalah dua hal yang berbeda, tapi biasanya perasaan itu datengnya satu paket, kan? Kenapa gue mempersempit istilah cinta ini. Karena menurut gue, cinta (yang seperti di film-film romantis itu) itu engga ada. Cinta itu perlu proses. Jadi, perasaan tertarik kita sama lawan jenis adalah suka. Kita suka, jadi deket, pacaran whatsoever, menikah. Dan cinta hadir selama proses itu. Cinta ga dateng saat kita pertama kali ngeliat seseorang. Karena itu, sebuah hubungan, menurut gue, ga bakal berhasil kalau cuma mengandalkan cinta (karena cinta itu muncul dalam prosesnya, perasaan yang kita punya adalah perasaan suka. Dan perasaan suka itu ga bakal kuat buat jadi dasar sebuah hubungan). Hubungan itu butuh komitmen. Komitmenlah yang membuat sebuah hubungan bisa bertahan. Karena itu, menurut gue, hubungan itu harus diusahakan dan dijaga dan butuh kerja keras.

Baiklah, kembali ke soal mencintai dengan diam-diam. Menurut gue, kadang emang jatuh cinta cukup hanya dengan diam-diam. Karena kadang, kalau kita terlalu mengikuti perasaan kita, kita akan berakhir dengan menyesali kebodohan diri sendiri karena melakukan hal-hal yang engga masuk akal demi apa yang namanya cinta itu. Fakta kalau perempuan lebih banyak mengandalkan perasaan dan pria mengandalkan logika memang sudah tak terbantahkan. Karena itu, tindakan perempuan banyak yang emosional dan tindakan pria cenderung rasional. Begitu pula, kalau jatuh cinta. Perempuan cenderung melakukan hal yang emosional dan kadang irasional kalau jatuh cinta. Sementara pria, karena mereka sangat mengandalkan otak mereka, mereka tetap bisa bersikap rasional bahkan saat jatuh cinta. Jadi, maksud gue adalah kalau kita ga bisa menahan perasaan dan menggunakan logika, ada baiknya kita cukup jatuh cinta dengan diam-diam daripada menyesal nantinya.

No comments:

Post a Comment