Tuesday, June 26, 2012

slurpy sapo

Alkisah, hari minggu lalu saya berjalan-jalan ke Pondok Indah Mall yang sangat ramai karena ternyata sedang musim liburan sekolah. Awalnya saya berencana makan di Sushi Tei yang saya pikir tidak akan terlalu ramai mengingat besoknya adalah hari Senin. Tapi, tenyata saya salah. Daftar tunggunya seperti daftar tunggu makan di sana saat malam minggu. Saya lalu memutuskan untuk makan di Sapo Oriental. Astaga, sepertinya cerita ini sudah saya alami berulang-ulang: niat makan di Sushi Tei tetapi berakhir di tempat makan lain.Sapo Oriental tidak berbeda jauh dengan restoran Chinese Food pada umumnya seperti Little Asia atau Ta Wan. Nuansa restoran keluarganya pun sangat terasa sekali.

Saya memesan sapo tahu jamur yang gambarnya terlihat sangat menggoda dan partner saya memesan ifu mie yang saya tahu pasti akan datang dalam porsi yang sangat besar. Untuk minumnya, kami berdua memesan iced lemon tea. Begitu makanan pertama saya tiba, rasanya sesuai dengan harapan saya: manis dan gurih. Tahu sutra cinanya berbentuk kotak, bukan bulat seperti biasanya dan bagian dalamnya sangat luar biasa lembut. Sayangnya, sayuran (sawi hijau, sawi putih dan wortel) serta jamur yang disajikan kurang banyak. Tetapi, kuah sapo tahunya yang kental sangat sesuai dengan harapan saya. Tak lama kemudian, makanan kedua pun disajikan dan benar saja porsinya sangat besar. Partner saya yang suka makan pun kaget melihat porsi ifu mienya. Tapi sayangnya, selain porsi yang besar, ifu mie yang disajikan nampaknya tidak memiliki kelebihan lain. Meskipun royal akan sayuran dan daging ayam serta jamur, rasanya biasa saja. Dan pada akhirnya kami menarik kesimpulan bahwa memakan mie yang setengah kering dan setengah basah itu sangat aneh.








Wednesday, June 13, 2012

on porridge

Beberapa kali saya menanyakan bubur ayam yang enak di daerah Margonda, Depok, dan teman-teman saya selalu menjawab "Coba Bubur Ayam Sinar Garut." Setelah beberapa kali celingak-celinguk setiap lewat Margonda, saya akhirnya menemukan tempatnya yang berupa tenda yang baru didirikan menjelang malam. Waktu saya ke sana, masih jam 7 malam dan tempatnya masih cukup sepi.

Sinar Garut menyediakan bubur dengan beragam penyajian seperti dengan telur ayam yang bisa matang atau setengah matang, dengan berbagai pilihan jeroan (bagian dalam) ayam, dengan cakwe dan lain sebagainya. Selain bubur, makanan yang juga disajikan adalah mie instan dan roti bakar. Malam ini saya memesan bubur ayam biasa untuk saya dan bubur ayam dengan telur untuk si pacar. Penyajian buburnya menarik, menurut saya, karena pemberian cakwe dan cheese stick yang royal. Untuk menemani bubur yang saya makan, saya memilih sate telur puyuh yang disajikan di meja bersama sate usus, sate ati dan sate ampela. Begitu saya mengaduk bubur saya (ya, saya adalah tipe orang yang mengubah tampilan bubur yang menarik menjadi tidak menarik dengan mengaduk dan mencampur seluruh isinya), baru saya dasar kalau buburnya tidak menggunakan kaldu dan kering yang menurut saya sangat aneh, tetapi mungkin memang begitu cara penyajian bubur ala Garut. Mungkin karena tidak memakai kaldu itu, menurut saya rasa buburnya biasa saja. Malah saya agak kurang menikmati buburnya karena terlalu kering dan padat. Jadi, bubur ayam Sinar Garut jelas bukan termasuk jenis bubur favorit saya. Sejauh ini bubur yang paling enak yang pernah saya coba adalah bubur di restoran Ta Wan, bubur manado di restoran masakan manado di ITC Kuningan dan bubur ayam tenda di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan.